Tetanggaku
Keesokan harinya, Yuuki membawa
komputernya ke dalam mobil. Dia ingin membawa komputer tersebut ke apartemen
barunya.
Raku yang berada disampingnya ikut
membantu menata barang barangnya ke dalam mobil.
“Aniki, apakah kamu benar benar akan pindah
?” Tanya Raku yang merasa sedikit kesepian ketika kakak laki lakinya
meninggalkannya.
“Benar, lagi pula akan sangat canggung
jika aku membawa seorang gadis ke rumah.” Muka Raku memerah ketika mendengar
alasan Yuuki.
“KAMU !!!” Raku tidak percaya dengan apa
yang di dengar telinganya.
“Yah, aku Cuma bercanda. Aku akan
memiliki seorang asisten untuk mangaku, coba kamu bayangkan bagaimana reaksinya
ketika asistenku datang ke rumah kita.” Raku mencoba membayangkan bagaimana
reaksi asisten dari Yuuki ketika ia datang ke rumahnya. Dia merasa ngeri ketika
membayangkan seorang orang normal tiba tiba disapa oleh banyak Yakuza.
“Yah, sekarang aku paham.” Raku
mengangguk apabila Yuuki tetap tinggal di rumah ini. Asistennya pasti akan
memberikan surat pengunduran diri dalam sehari.
“Yah, selama kamu paham itupun sudah
cukup.” Yuuki tidak mengatakan apapun lagi dan melanjutkan memindahkan barang
barangnya ke dalam mobil.
---
Setelah memindahkan barangnya, Yuuki
memberitahu perusahaan perpindahan
alamat apartemennya, setelah itu dia pergi ke
apartemennya bersama dengan Raku.
Mereka berdua berusaha sampai terlebih
dahulu di apartemen barunya agar pihak perusahaan perpindahan tidak salah mengenai alamatnya.
Yuuki melihat ke arah gedung apartemennya, gedung tersebut cukup eksklusif
karena hanya ada 3 ruangan di gedung tersebut. Dia menyewa 2 ruangan di
apartemen ini. Satu untuk kamarnya dan yang lainnya untuk studia manganya. Dia hanya
perlu membuat uang lagi sehingga dia tidak keberatan menghabiskan uangnya itu. Dia
bertanya tanya apakah
dia bisa membeli sebuah rumah di masa depan.
Karena pada dasarnya, Yuuki
tidak terlalu menyukai aparteman. Karena dia tidak ingin memiliki tetangga yang
menyebalkan. Dia kemudian memasuki apartemennya.
Yuuki merasa cukup puas
dengan apartemen barunya, yang hanya berukuran 29 m2. Pemilik apartemen ini
adalah teman dari ayahnya, sehingga dia mendapatkan diskon. Dia perlu membayar
sekitar 100.000 koin pulau setiap bulan untuk kedua ruangan tersebut.
Dia menyesali betapa
mahalnya uang sewa tersebut tapi dia kemudian berpikir kalau uang sewa tersebut
senilai dengan apa yang didapatkannya.
“Aku juga ingin tinggal
sendiri.” Raku yang berada di sampingnya entah mengapa merasa iri.
“Yah, jika kamu punya uang,
kamu juga bisa tinggal sendiri.” Raku melihat ke arahnya dengan tatapan benci. Tapi
Yuuki hanya meresponnya dengan menggelengkan kepala.
“Bagaimana kalau kamu
membuat usaha makanan ? Karena aku pikitr masakan buatanmu tidak kalah dengan
masakan hotel bintang 5.” Kata Yuuki.
“Hmmm, usaha makanan.” Raku
terlihat tertarik dengan sarannya.
“Aku akan memberimu modal
jika kamu memutuskan untuk memulai usaha makananmu,” Yuuki mengingat kalau Raku
pernah membantu salah satu mantan anggota mereka untuk membuka toko kue. Ketika
Raku membantu toko mereka, tiba tiba usaha mereka menjadi sangat laris. Dia tidak
ingin menyia nyiakan bakat Raku dan ingin menggunakan bakat tersebut dengan
benar.
Keduanya mengobrol satu sama
lain tentang rencana membuat usaha makanan sampai pihak dari perusahaan perpindahan
datang.
Mereka buru buru membantu keduanya
memindahkan barang barangnya ke dalam kamarnya. Mereka bekerja selama beberapa
saat dan mengucapkan salam kepada pihak perusahaan perpindahan saat mereka
telah selesai.
“Kalau begitu, aku pamit
dulu, Aniki !” Kata Raku.
“Iya, kamu bisa bermain ke
sini kapanpun dan jangan lupa memberikanku kabar jika kamu kemajuan apapun
dengan Onodera.” Raku meresponnya dengan tersipu.
“Ya-yah, aku akan
memberitahumu jika hal tersebut terjadi.” Yuuki menggelengkan kepalanya ketika
melihat Raku lari secepat cepatnya menjauhinya.
Yuuki kemudian memeriksa
detail dari apartemennya. Dia cukup puas dengan kamarnya, tapi studio manganya
masih sangat kosong. Di dalamnya hanya ada satu alat menggambar manga, dia perlu
membeli perlengkapan lain untuk apartemennya.
“Yah, aku akan pergi ke Akibahara
saja besok.” Yuuki juga ingin melihat surge para otaku. Dia memutuskan untuk
mengunjungi tempat itu besok. Dia berjalan ke arah apartemennya dan berpikir
kalau dia harus mengucapkan salam ke tetangganya. Dia hanya memiliki satu
tetangga dan akan sangat buruk jika Yuuki tidak mengetahui siapa tetangganya.
Dia mengambil kue yang dia
beli sebelumnya. Dia sebenarnya ingin memakan kue tersebut tapi akan lebih baik
jika kue tersebut ia berikan kepada tetangganya sebagai hadiah pindahannya.
Yuuki berjalan ke kamar
mandi terlebih dahulu untuk mandi. Karena dia penuh keringat setelah memindahkan
semua barangnya ke apaertemen. Setelah selesai mandi, dia memakai pakaian
santai dan pergi ke tetangganya. Dia keluar dari kamarnya dan berjalan ke
tetangganya.
Yuuki berada di depan
apartemen tetangganya dan mengetok pintu. Dia menunggu selama beberapa saat dan
tidak ada yang menyambutnya. {T/N : Zonk….:v} Dia berpikir kalau tidak ada
orang di dalam apartemen tersebut, sehingga dia memutuskan untuk kembali sampai
dia mendengar suara.
“Grrr, siapa yang mengetok
pintu.” Yuuki mendengar suara perempuan dari dalam. Suaranya terdengar seperti
menggerutu dan tidak senang ketika seseorang mengetok pintunya.
Yuuki menunggu beberapa saat
karena ia tidak keberatan dengan nada bicaranya. Yuuki berdiri di depan pintu
sampai seseorang membuka pintu tersebut. Dia terkejut saat melihat gadis
tersebut. {T/N : Hayo… siapa hayo… penasaran ?}
Yuuki melihat seorang gadis
yang hanya memakai sebuah kaos putih yang terlihat kusut. Dia memiliki rambut
hitam panjang yang acak acakan seakan akan dia baru saja bangun. Dia memakai
bando putih dikepalanya, tapi yang membuatnya terkejut adalah. Dia hanya
memakai stoking hitam di tubuh bagian bawahnya. {T/N : *Glug*}
Yuuki tidak bisa mengalihkan
pandangannya dari kaki dan paha yang indah tersebut. Kerena keduanya seakan
akan seperti seni. Dia menggelengkan kepalanya untuk menenangkan diri. Dia tidak
ingin meninggalkan kesan seperti seorang yang mesum atau playboy. Karena dia
adalah seorang gentleman. Dia menatap matanya dan tersenyum. Dia ingin
menyapanya, tapi dia berbicara sebelum Yuuki bisa menyapa.
“Apakah kau sudah cukup
melihat ?” Yuuki berkeringat di dalam hatinya.
T/N : *Glug* paha yang indah…
*ahem* s-sabar ya, lanjutannya akan gw rilis besok…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar