Minggu, 10 Maret 2019

SBM Chapter 12


Tetanggaku

Keesokan harinya, Yuuki membawa komputernya ke dalam mobil. Dia ingin membawa komputer tersebut ke apartemen barunya.

Raku yang berada disampingnya ikut membantu menata barang barangnya ke dalam mobil.

“Aniki, apakah kamu benar benar akan pindah ?” Tanya Raku yang merasa sedikit kesepian ketika kakak laki lakinya meninggalkannya.


“Benar, lagi pula akan sangat canggung jika aku membawa seorang gadis ke rumah.” Muka Raku memerah ketika mendengar alasan Yuuki.

“KAMU !!!” Raku tidak percaya dengan apa yang di dengar telinganya.

“Yah, aku Cuma bercanda. Aku akan memiliki seorang asisten untuk mangaku, coba kamu bayangkan bagaimana reaksinya ketika asistenku datang ke rumah kita.” Raku mencoba membayangkan bagaimana reaksi asisten dari Yuuki ketika ia datang ke rumahnya. Dia merasa ngeri ketika membayangkan seorang orang normal tiba tiba disapa oleh banyak Yakuza.

“Yah, sekarang aku paham.” Raku mengangguk apabila Yuuki tetap tinggal di rumah ini. Asistennya pasti akan memberikan surat pengunduran diri dalam sehari.

“Yah, selama kamu paham itupun sudah cukup.” Yuuki tidak mengatakan apapun lagi dan melanjutkan memindahkan barang barangnya ke dalam mobil.

---

Setelah memindahkan barangnya, Yuuki memberitahu perusahaan perpindahan alamat apartemennya, setelah itu dia pergi ke apartemennya bersama dengan Raku.

Mereka berdua berusaha sampai terlebih dahulu di apartemen barunya agar pihak perusahaan perpindahan tidak salah mengenai alamatnya.

Yuuki melihat ke arah gedung apartemennya, gedung tersebut cukup eksklusif karena hanya ada 3 ruangan di gedung tersebut. Dia menyewa 2 ruangan di apartemen ini. Satu untuk kamarnya dan yang lainnya untuk studia manganya. Dia hanya perlu membuat uang lagi sehingga dia tidak keberatan menghabiskan uangnya itu. Dia bertanya tanya apakah dia bisa membeli sebuah rumah di masa depan.

Karena pada dasarnya, Yuuki tidak terlalu menyukai aparteman. Karena dia tidak ingin memiliki tetangga yang menyebalkan. Dia kemudian memasuki apartemennya.

Yuuki merasa cukup puas dengan apartemen barunya, yang hanya berukuran 29 m2. Pemilik apartemen ini adalah teman dari ayahnya, sehingga dia mendapatkan diskon. Dia perlu membayar sekitar 100.000 koin pulau setiap bulan untuk kedua ruangan tersebut.

Dia menyesali betapa mahalnya uang sewa tersebut tapi dia kemudian berpikir kalau uang sewa tersebut senilai dengan apa yang didapatkannya.

“Aku juga ingin tinggal sendiri.” Raku yang berada di sampingnya entah mengapa merasa iri.

“Yah, jika kamu punya uang, kamu juga bisa tinggal sendiri.” Raku melihat ke arahnya dengan tatapan benci. Tapi Yuuki hanya meresponnya dengan menggelengkan kepala.

“Bagaimana kalau kamu membuat usaha makanan ? Karena aku pikitr masakan buatanmu tidak kalah dengan masakan hotel bintang 5.” Kata Yuuki.

“Hmmm, usaha makanan.” Raku terlihat tertarik dengan sarannya.

“Aku akan memberimu modal jika kamu memutuskan untuk memulai usaha makananmu,” Yuuki mengingat kalau Raku pernah membantu salah satu mantan anggota mereka untuk membuka toko kue. Ketika Raku membantu toko mereka, tiba tiba usaha mereka menjadi sangat laris. Dia tidak ingin menyia nyiakan bakat Raku dan ingin menggunakan bakat tersebut dengan benar.

Keduanya mengobrol satu sama lain tentang rencana membuat usaha makanan sampai pihak dari perusahaan perpindahan datang.

Mereka buru buru membantu keduanya memindahkan barang barangnya ke dalam kamarnya. Mereka bekerja selama beberapa saat dan mengucapkan salam kepada pihak perusahaan perpindahan saat mereka telah selesai.

“Kalau begitu, aku pamit dulu, Aniki !” Kata Raku.

“Iya, kamu bisa bermain ke sini kapanpun dan jangan lupa memberikanku kabar jika kamu kemajuan apapun dengan Onodera.” Raku meresponnya dengan tersipu.

“Ya-yah, aku akan memberitahumu jika hal tersebut terjadi.” Yuuki menggelengkan kepalanya ketika melihat Raku lari secepat cepatnya menjauhinya.

Yuuki kemudian memeriksa detail dari apartemennya. Dia cukup puas dengan kamarnya, tapi studio manganya masih sangat kosong. Di dalamnya hanya ada satu alat menggambar manga, dia perlu membeli perlengkapan lain untuk apartemennya.

“Yah, aku akan pergi ke Akibahara saja besok.” Yuuki juga ingin melihat surge para otaku. Dia memutuskan untuk mengunjungi tempat itu besok. Dia berjalan ke arah apartemennya dan berpikir kalau dia harus mengucapkan salam ke tetangganya. Dia hanya memiliki satu tetangga dan akan sangat buruk jika Yuuki tidak mengetahui siapa tetangganya.

Dia mengambil kue yang dia beli sebelumnya. Dia sebenarnya ingin memakan kue tersebut tapi akan lebih baik jika kue tersebut ia berikan kepada tetangganya sebagai hadiah pindahannya.

Yuuki berjalan ke kamar mandi terlebih dahulu untuk mandi. Karena dia penuh keringat setelah memindahkan semua barangnya ke apaertemen. Setelah selesai mandi, dia memakai pakaian santai dan pergi ke tetangganya. Dia keluar dari kamarnya dan berjalan ke tetangganya.

Yuuki berada di depan apartemen tetangganya dan mengetok pintu. Dia menunggu selama beberapa saat dan tidak ada yang menyambutnya. {T/N : Zonk….:v} Dia berpikir kalau tidak ada orang di dalam apartemen tersebut, sehingga dia memutuskan untuk kembali sampai dia mendengar suara.

“Grrr, siapa yang mengetok pintu.” Yuuki mendengar suara perempuan dari dalam. Suaranya terdengar seperti menggerutu dan tidak senang ketika seseorang mengetok pintunya.

Yuuki menunggu beberapa saat karena ia tidak keberatan dengan nada bicaranya. Yuuki berdiri di depan pintu sampai seseorang membuka pintu tersebut. Dia terkejut saat melihat gadis tersebut. {T/N : Hayo… siapa hayo… penasaran ?}

Yuuki melihat seorang gadis yang hanya memakai sebuah kaos putih yang terlihat kusut. Dia memiliki rambut hitam panjang yang acak acakan seakan akan dia baru saja bangun. Dia memakai bando putih dikepalanya, tapi yang membuatnya terkejut adalah. Dia hanya memakai stoking hitam di tubuh bagian bawahnya. {T/N : *Glug*}

Yuuki tidak bisa mengalihkan pandangannya dari kaki dan paha yang indah tersebut. Kerena keduanya seakan akan seperti seni. Dia menggelengkan kepalanya untuk menenangkan diri. Dia tidak ingin meninggalkan kesan seperti seorang yang mesum atau playboy. Karena dia adalah seorang gentleman. Dia menatap matanya dan tersenyum. Dia ingin menyapanya, tapi dia berbicara sebelum Yuuki bisa menyapa.

“Apakah kau sudah cukup melihat ?” Yuuki berkeringat di dalam hatinya.

T/N : *Glug* paha yang indah… *ahem* s-sabar ya, lanjutannya akan gw rilis besok…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar