Rabu, 22 November 2017

Alice Tale Chapter 6

Sorry, ane baru bisa update, soalnya hari minggu kemaren ane pergi holiday sama keluarga.

And karena badan ane agak meriang, jadinya ane baru bisa nyelesain TL.
Reruntuhan di dalam Hutan

Level 3 Wood Robin


Setelah aku memutuskan menjalani hidupku sebagai petualang, aku dan Shion-san berjalan menuju reruntuhan sambil melawan monster yang kami temui.


"Haah !"


Di dalam hutan, rasio pertemuan kami dengan monster cukup tinggi.

Sampai-sampai aku tidak bisa menghitung lagi berapa kali kami bertemu dengan moster.

Shion-san dengan santai menyerang untuk mendapatkan perhatian dan aku kemudian melakukan serangan penyelesaian.

Menarik perhatian berarti menjadi sasaran serangan monster, yah, tetapi, jika kamu memikirkan tentang ini pada dasarnya monster akan menjadikan musuh yang paling berbahaya sebagai target serangan, atau mungkin tidak jauh dari yang aku pikirkan.

Maksudku, saat ini aku tidak bisa benar-benar bertarung.

Dan lawanku saat ini bernama woodrobin ?


Monster itu menyerang dengan menembakkan anak panah.

Itu adalah sebuah monster, jadi mengapa monster itu membawa senjata !?

Menggunakan cabang yang tumbuh di tubuhnya sebagai tangan, cabang ini memegang busur dan anak panah dari kayu buatan sendiri (?)

Terus terang, ini lebih menakutkan daripada apapun yang telah aku temui.

Yang ingin aku katakan, senjata jarak jauh adalah yang paling kuat, kamu tau ?

Jangan membawa pedang pada pertarungan senjata jarak jauh.


Namun.


Meskipun begitu !

Onee-chan ku membuat serangan jarak jauh menjadi tidak berguna.

Bahkan sekarang, dia dengan santai memutar tubuh bagian atasnya untuk menghindari anak panah.

Shion-san menjawab pertanyaanku kenapa dia dapat dengan mudah melakukannya dengan berkata :


"Eh ? Jika kamu melihat postur tubuh mereka, kamu hanya perlu mengetahui kemana anak panah itu akan dilepaskan dan kemudian menghindarinya, bukan ?"


Aku tidak memiliki gambaran tentang apa yang dia katakan.

Contohnya, mari asumsikan hal itu, jika seseorang dari kelompok mafia atau yakuza mengacungkan pistol ke arahmu.

Itu adalah pistol, jadi jelah itu hanya dapat menembak dengan lurus.

Yah, aku tidak tau tentang seseorang seperti pria dengan alis yang tebal menembak di garis G, tetapi tetap saja.

Bagaimanapun, setelah kamu tau kemana pistol itu akan ditembakkan, kamu hanya harus menghindari peluru itu ketika pelatuk telah ditarik.

Itu yang dia katakan.


"Ketangkasan 5, huh."


Aku mesara seperti telah melihat sesuatu yang luar biasa.


"Alice, jangan diam saja !"

"B-Baik."


Dengan terburu-buru, aku berputar ke belakang cabang dari monster yang membawa busur dan anak panah tersebut dan menyerangnya menggunakan tongkat petir yang aku bawa.

Biasanya dalam salah satu dari lima pukulanku, tongkat petir yang aku pegang mengeluarkan serangan petir.

Tetapi pada saat ini, aku mengeluarkan serangan petir pada serangan pertamaku dan berhasil mengalahkan monster tersebut.


"Fuh..."


Aku pikir, kemungkinan besar tongkat petir yang memiliki kualitas yang lebih baik akan menghasilkan serangan petir dengan kemungkinan lebih tinggi.

Senjata itu penting.

Untuk item drop, di sana terdapat sebuah tanaman obat, jadi aku mengambilnya.

Kemudian, aku dengan waspada berbalik dengan hati-hati.


"Hoh~? Kamu pikir aku akan menyerangmu dari belakang ? Apakah benar seperti yang aku katakan ? Tentang sikapmu barusan ?"


Shion-san dengan lembut meletakkan tangannya di "Eastern Sword"nya dan tersenyum muram kepadaku. [ane tetep pake kata eastern sword daripada pedang timur soalnya kalo di artikan ke bahasa indo jadi kurang enak dibaca.]


"A-Ayolah ! Aku hanya melakukan ajaranmu tentang cara berpetualang bagi pemula, bukan ?"


Yah, sebaiknya kita tidak terlalu banyak bermain-main.

Bahkan teman terbaik kitapun perlu kita hargai.


"Oh, baiklah, sekarang sudah saatnya kita kembali untuk hari ini."

"Eh ? Tetapi kita belum pergi ke reruntuhan."


Melihat pada saat kami baru saja memasuki hutan bersama, reruntuhan itu sendiri tidak terlihat dimanapun.


"Tidak apa-apa. Selain itu, kita tidak memiliki alasan untuk terburu-buru, bukan ?"

"Aku masih bisa melanjutkan perjalanan."

"Tidak, kamu tidak bisa."

"Mengapa ? Bahkan mataharipun belum terlihat turun sama sekali."


Shion-san menatapku dan mendesah dengan kuat.


"Siapapun akan setuju denganku jika mereka memperhatikanmu dengan baik."

"..."


Sebenarnya, setelah aku menangis, Shion-san mencoba menghentikan perjalanan kami dan kami bisa sampai sejauh ini kerena aku dengan gigih menolaknya.

Hal itu membuatku untuk dapat menolak kekhawatirannya semakin sulit untuk saat ini.


"...Baiklah."


Dengan ini, petualanganku dan Shion-san untuk hari pertama telah berakhir.

Musuh-musuh yang kami temui di padang rumput dalam perjalanan kembali tanpa berkata apapun langsung dikalahkan oleh Shion-san.


Aku pulang ke rumah, kemudian makan malam, setelah itu mandi dan meringkuk di atas tempat tidur di kamar (Kamarku sendiri !) yang telah bibi persiapkan untukku.

Sejujurnya, aku merasa kecewa.

Aku masih belum dapat melupan sensasi yang aku rasakan ditanganku.


"Jika saja aku bisa menggunakan sihir, aku tidak akan merasakan sensasi ini..."
[Ane pake sihir aja soalnya biar bacanya lebih enakan]


Tidak, itu tidak cukup benar.

Tanpa sensasi ini, rasanya seperti sebuah permainan dimana hanya dengan menekan sebuah tombol akan mengirimkan sebuah rudal yang akan mengakhiri perang begitu saja.

Aku yakin bahwa apa yang aku rasakan saat ini adalah sesuatu yang penting.

Itu akan membuatku terlihat kejam sebagai seseorang yang berasal dari Jepang modern.

Pada saat itu, aku teringat bahwa aku belum sempat melihat hasil dari kerja kerasku hari ini.

Kemudian aku membuka menu statusku.


Nama : Alice

Ras : Half Elf

Umur : 15

Jenis Kelamin : Perempuan

Kelas : Apprentice Mage [penyihir pemula]

Level : 4


Oh ?

Level 4 ?

Itu telah naik begitu banyaknya.

Aku sama sekali tidak sadar akan hal itu.


Skill : Tidak Ada

Magic : Dapat memilih sihir yang tersedia


"Eh ?"


Magic : Dapat memilih sihir yang tersedia


Aku secara reflek melakukan double take. [kayaknya ekspresi terkejut deh coba kalo ingin lebih tau buka wikipedia tentang double take]

Aku... Aku bisa menggunakan sihir.

Kemudan dengan ketidaksabaran yang menguasaiku, aku memilih entri pengaturan sihir.


Fire [Api]
Blizzard [Es]
Thunder [Petir]


Sepertinya aku harus memilih salah satu dari tiga pilihan yang ada.

Aku mengerti. Ini benar-benar menarik !

Jika aku benar, maka seorang penyihir di dunia ini memiliki spesialisasi.

Jadi, mana yang harus aku pilih ?

Tepi meskipun aku bertanya kepada diriku sendiri, sebenarnya aku telah memutuskan apa yang harus aku pilih.


Thunder [Petir]


Yang satu ini adalah pilihanku.

Mengapa ?

Karena aku menyukainya.

Itu adalah alasanku.

Apa kamu punya keberatan dengan pilihanku ?

Bagaimanapun, dengan ini aku telah mengatur magic awalku dan bisa menggunakan sihir petir sekarang.

Aku harus bisa menggunakannya.


"Aku ingin mencobanya di luar..."


Menurutku, aku adalah orang yang egois.

Perasaan kecewa yang ada di dalam hatiku telah hilang digantikan api semangat yang menyala sesaat yang lalu.

Pada saat seperti ini, aku adalah tipe orang yang tidak bisa diam.

Aku mengganti pakaian rumahku menjadi peralatan berpetualangku dan pergi meninggalkan kamarku dengan mengendap-ngendap.

Cahaya lampu keluar melewati pintu kamar Shion-san.

Kemudian aku diam-diam melewatinya.

Dan setelah itu bertemu paman yang sedang berada di ruang tamu.


"Hm ? Alice-chan ? ... Ada apa dengan pakaian yang kamu kenakan itu ?"


Paman jelas mencurigai baju yang kupakai.

... nggg, jadi kamu mencoba menghalangi jalanku, paman ?

Aku tidak akan membiarkanmu menghalangiku begitu saja !


Hei, saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk melakukan perdebatan seperti ini !

Karena jika Shion-san menemukanku, semua yang aku rencanakan akan berakhir !

Aku jelas tidak bisa melawannya !


"... Tolong biarkan aku lewat."

"Tidak bisa."

"... Ayah."


Paman terlihat terjepit.


"Biarkan aku lewat, ayah. Dengan diam-diam, untuk saat ini."

"..."

"Kalau tidak, aku tidak akan pernah menganggapmu sebagai ayah lagi."

"Silahkan pergi."


Paman terlihat enggan untuk itu tapi dia tetap membuka jalan untukku lewat.

Ini terlalu mudah. 


Setelah keluar dari rumah, jalan di daerah itu benar-benar gelap.

Ada semacam lampu jalan, akan tetapi sayangnya tidak terlalu banyak.

Ngomong-ngomong cumber cahaya yang digunakan untuk pencahayaan lampu jalan dan rumah-rumah bukanlah lampu, tetapi sesuatu yang khusus, yaitu sebuah kristal sihir. [yah... tentang bagaimana bentuknya kristal sihir silahkan bayangkan sendiri]

Bagaimanapun, jumlah lampu sihir yang ada terlalu sedikit sehingga tidak dapat menerangi seluruh kegelapan yang ada.

Ini sangat berbeda dengan Jepang modern.

Yah, tetapi disisi lain bintang dan bulan (ataukah bulan-bulan ?) tampak lebih bercahaya kerena masalah tadi.


"Aku bisa langsung menyeberangi padang rumput... tetapi aku bertanya-tanya apakah aku benar-benar bisa sampai di reruntuhan ?"


Aku terlalu memikirkan sesuatu yang tidak berguna.

Karena keputusan yang baru saja aku buat ini normal, atau tidak ?

Hanya orang-orang disekitarku yang dapat menjawabnya.

Tetapi aku tetap meninggalkan kota dengan diam-diam.

Setelah meninggalkan kota, aku dengan seenaknya langsung meninggalkan monster yang aku temui di padang rumput dan akhirnya telah sampai di hutan.

Penglihatan malamku tidak disangka-sangka ternyata sangat bagus.

Bahkan dengan cahaya bulan saja, ini terasa lumayan cerah... itu adalah persaan yang aku rasakan saat ini.

Tidak, aku bisa melihat sangat jelas.

Aku bisa melihat dengan sangat jelas di sini.


"Apakah karena mata dari bangsa elven ?"


Jika tidak, perbedaan penglihatan malam yang aku miliki sejauh ini terlalu besar daripada yang seharusnya.

Yah, meskipun aku hanyalah seorang half elf.

Tetapi jika seperti ini, aku juga bisa menjamin penglihatan malamku bahkan ketika berada di dalam hutan.

Tidak ada yang bisa menyerangku tanpa sepengetahuanku dan aku tidak akan menyerang monster yang berada di dekatku kecuali dalam keadaan terpaksa, karena aku tidak tau sesuatu yang lebih baik yang dapat aku lakukan.


—————Itu adalah apa yang aku pikirkan saat berada di beberapa titik yang aku lalui sejauh ini.


"Uhm, Aku ada dimana saat ini ?"


Tidak lama setelah memasuki hutan.

Aku tersesat.

Aku masuk ke dalam hutan terlalu mudah tanpa pertimbangan terlebih dahulu.

Jadi jangan remahkan alam.

Pertama-tama, aku hanya mendengar tentang reruntuhan di hutan saja, jadi bagaimana cara agar aku bisa benar-benar menemukannya ?

Aku pikir jika kamu bertindak sesuai dorongan hati, tidak akan ada sesuatu yang baik yang akan menghampirimu.

Pertama, jika kamu bisa melihat sekitar tetapi kehilangan arah, tidak menutup kemungkinan bahwa kamu hanya akan berputar-putar di tempat yang sama.

Sedangkan dari apa yang aku dengar, jika kamu tersesat di hutan, kamu tidak akan bisa berjalan lurus sejauh 20 meter.


"Uhhhm."


Pengetahuan saat kamu sedang tersesat yang pertama.


Yaitu menggunakan metode : Aturan Tangan Kiri 


Jika kamu tetap dengan menghadapkan tangan kiri kamu ke arah pepohonan di sisi kiri jalan setapak dan bergerak maju, kamu akhirnya akan dapat keluar dari hutan. [Eh... emangnya ada ya cara kayak begitu ?]



"Tapi aku menolak menggunakannya !"



Maksudku, bagaimana jika aku mencoba menyentuh pohon di dalam kegelapan seperti ini dan ternyata tanganku menyentuh ulat berbulu atau yang sejenisnya ?


Itu benar-benar tidak mungkin untuk aku lakukan !



Cara kedua.


Menggunakan metode Algoritma Trémaux.


Yaitu dengan menandai jalan yang telah kamu lewati, dan menjelajahi semua kemungkinan yang ada sampai kamu berhasil keluar.


Sebenarnya aku bisa menggambar tanda di tanah dengan tongkatku.


Akan tetapi !



"Aku tidak memiliki daya tahan yang cukup untuk melakukan itu."



Sialan, daya tahanku hanya bernilai 1 !



Tetapi ini adalah sebuah masalah.


Meskipun aku tidak bertemu dengan monster, tetapi ini adalah sebuah masalah.


Oh, legenda urban yang mengatakan bahwa monster lebih aktif di malam hari ternyata salah.


Merekapun sedang tidur pada saat malam hari. Lihat, Wood Robin yang ada di sana.


Sekarang, biarkan para anjing untuk tidur.


Aku secara acak berjalan melalui kegelapan di hutan yang sunyi ini.


Aku sudah dewasa di tempatku dahulu, jadi kegelapan seperti ini tidak membuatku takut.


Kemudian, aku memiliki penglihatan malam ini.


Ini menjadi tidak menakutkan.


Tetapi aku bertanya-tanya seberapa jauh aku telah berjalan selama ini.


Berbeda dengan ketakutan yang lain, yaitu yang Shion-san akan membunuhku pada saat matahari telah terbit, seseuatu mulai terlihat dari kejauhan, dan pada akhirnya aku melihat dengan jelas apa yang ada di depanku.



"Reruntuhan... akhirnya ditemukan."



Aku berada di tempat yang begitu terbuka sehingga aku mengira aku telah meninggalkan hutan pada saat berdiri di struktur benda yang telah usang.


... Ngomong-ngomong, tujuan pertamaku yang sebenarnya adalah datang ke reruntuhan, bukan ?


Yah, datang ke sinipun tidak apa-apa.

2 komentar: