Jumat, 27 April 2018

Alice Tale Chapter 9

Konnichiwa~ Well~ karena UN ane udah selesai jadi TLnya ane lanjutin. And silahkan membaca.
Hari Hukuman

Kamu bisa menyebutkan dengan jelas bahwa ini tidak terelakkan.

Setelah pertemuan kami, Shion-san membimbingku melewati reruntuhan langsung menuju pintu keluar.

Mencari tau apa lagi yang akan terjadi di reruntuhan akan menunggu untuk lain waktu.

Pintu keluar dari reruntuhan tidak terlalu jauh.

Dalam perjalanan menuju pintu keluar, kami bertemu dengan beruang dua kali, tapi dengan Shion-san, mereka bukanlah masalah sama sekali.

...benar-benar tidak ada masalah sama sekali.

Aku tidak akan terkejut lagi.

Tetapi kali ini, giliran Shion-san yang terkejut.



"Eh !? Satu serangan !?"


Mata dari Shion-san melebar karena petir yang aku keluarkan dari belakangnya.

Rupanya petirku memiliki kekuatan untuk menjatuhkan beruang hanya dengan satu serangan.

Yah, itu tetap tidak memberikan satupun ide aneh yang baru.

TLN : (Well, that still doesn't give any new, weird ideas.) ane kurang yakin sama bagian yang ini.

Dan kami kembali ke Rinnal.

Ke rumahku (sementara).


"Dan orang ini, dia sangat mencemaskanmu, Alice-chan, dia berjalan berputar-putar, kamu tau ? Yang jelas, dia seharusnya hanya perlu menahanmu di sini, bukan ?"


Benarkah ?

Bibi sedang berbicara denganku dengan senyum diwajahnya, tetapi aku tidak bisa hanya mengatakan "ya" terhadap pernyataannya.

Aku hanya meminta maaf.

Aku benar-benar meminta maaf kepada Paman juga.

Hal tersebut karena ada rasa bersalah yang terasa aneh ini yang mendorongku melakukannya.

Omong-omong, Shion-san telah menemukan perilaku paman yang mencurigakan, menyudutkannya dengan pertanyaan dan menemukan informasi tentangku dengan cara seperti itu.

Dia berhasil menemukanku karena rupanya aku masih berparty dan dengan melihat status, sepertinya kamu bisa memperkirakan lokasi anggota partymu.

Tidak, aku benar-benar, minta maaf.

Aku mengepalkan telapak tanganku, menetapkan diriku dan mempersembahkan kepalaku kepada paman.

Meskipun ini masih menakutkan sekalipun.

Maksudku, aku tidak bisa berpikir pertahanan (yang telah naik menjadi) level 6 bisa bertahan terhadap serangan level 38 dari Paman.

Namun, Paman...


"Beberapa tindakan ceroboh cocok untuk anak muda seperti dirimu jadi itu tidak apa-apa."


Dan kemudian dia membuat wajah yang suram dan masuk ke rumah.

Di belakang kami, Bibi dan Shion-san berbisik.


"Oh, dia jelas-jelas mencintai Alice."

"Ayolah, orang itu. Ini sangat salah untuk orang seusianya."


Paaaman ?


Aku tidak menyukai laki-laki...


Keesokan harinya, aku dilarang untuk berpetualang.

Sebagai hukuman, aku harus membantu di rumah, dengan menjalankan berbagai tugas dan sejenisnya.

Hukuman itu sebenarnya hanya sebutan saja, tetapi karena aku sedang menumpang jadi aku pikir bahwa membantu adalah sesuatu yang seharusnya dilakukan. Mereka benar-benar keluarga yang baik.


"Untuk lantainya, tidak apa-apakan kalau aku membersihkannya dengan sapu baru setelah itu aku pel dengan pakaian ?"


Sejak dini hari, aku memulainya dengan bersih bersih.

Tidak mengejutkan bila rambut panjangku mengganggu pekerjaanku, jadi aku mengikatnya dengan menggunakan pita yang diberikan oleh Bibi.

Tidak, aku tidak pernah mengatakan aku menginginkan pita !?

Bibi yang memberikan ini untukku, ok !


"Astaga, kamu benar benar manis, Alice-chan !"

"Eh, benar kah ?"


Ini bukanlah apa-apa selama dia senang, tetapi aku tidak bisa dengan jujur mengatakannya. Itu dikarenakan hati laki-lakiku.

Aku tidak menginginkan kehilangan perasaan itu.

Tatapanku bertemu dengan tatapan Paman yang sedang berada di ruang keluarga.

Dengan wajah dewasanya dia memberikan sebuah anggukan persetujuan.

... Ini tidak seperti aku peduli dengannya, tetapi bukankah orang itu memiliki pekerjaan untuk dilakukan ?

Hari apa lagi hari ini ? (TL : ane kaga paham maksudnya.)

Untuk saat ini, mari kita abaikan para pemalas dan mulai bekerja.


Rumah ini terbuat dari kayu, jadi pada dasarnya cara membersihkannya sama dengan membersihkan di sekolah.

Ngomong-ngomong, kami mendapatkan air melalui sumur.

Sepertinya di dalam tanah terdapat banyak air sehingga kita dapat dengan mudahnya memompanya.

Pompa airnya tepat berada di halaman, jadi beban pekerjaannya tidak terlalu berat.

... Jika kamu memiliki stamina dan kekuatan yang normal.


"Fuhhh, fuhhh"


Mengisi ember dan membawanya kembali cukup melelahkan.

Disini mungkin memiliki lebih dari cukup air bawah tanah, tetapi aku harus tetapi menghemat pemakaiannya.

Air itu berharga.

Baiklah, semua sudah siap, mari kita bersihkan mulai dari tempat yang tinggi.

Pembersih 101. (TL : wew, mungkin maksudnya dia lagi promosi kali)

Aku mulai membersihkan bagian atas rak dan rangka jendela dengan sebuah pakaian.


"Jendela, huh... Aku bertany-tanya bagaimana cara mereka membuat kaca."

"Yah, dengan alkimia tentunya"


Tentu saja, ya, begitukah.

Shion-san keluar dari kamarnya, menjawab gumamanku dan kembali masuk ke kamarnya.

Ketika aku melihat sekeliling, Bibi sedang menjahit di meja ruang keluarga.

Tangannya memancarkan cahaya.

Dia sedang merubah bulu Petit Panther menjadi sebuah jubah kulit.

Itu tidak disangkal lagi buatan tangan, namun berbeda dengan dijahit bagian demi bagian.

Fantasi memang luar biasa.

Dan Paman, tetap duduk di ruang keluarga, memberikanku acungan jempol.

Apapun itu, mari lanjutkan pekerjaan saja.


Setelah membersihkan kamar mandi, aku membersihkan dapur dan seluruh isi rumah, selain dari kamar setiap orang.

Karena aku bangun terlalu pagi, matahari masih belum terbit sepenuhnya.

Dunia ini masih belum diperbudak oleh waktu melalui jam.

Ketika matahari mungkin telah atau belum terbit, lonceng gereja berbunyi, dan ketikan matahari mungkin telah atau belum terbenam, lonceng berbunyi sekali lagi.

Jadi saat pagi, lonceng berbunyi bersamaan dengan matahari terbit.

Yah, aku lebih menyukainya ketika waktu berjalan dengan lambat seperti ini.

Di Jepang terlalu sibuk.

Untuk makan siang, aku memakan sedikit roti yang telah Bibi siapkan.

Aku memastikan lagi bahwa makanannya tidak terlalu berbeda.

Rotinya seperti roti baguette, dengan beberapa daging dan sesuatu seperti sandwich selada di dalamnya. (TL : roti baguette itu roti Prancis)

Aku benar-benar menginginkan mustard.

Meskipun nafsu makanku masih tersisa, aku benar-benar tidak bisa makan lebih banyak lagi karena tubuhku menyusut.

Sepotong roti, dengan ukuran yang sama dengan telapak tanganku, adalah batasku.

Paman dan Shion-san benar-benar rakus, mereka memakan satu roti penuh tanpa dipotong.

Mereka harus memiliki Koefisien Engle yang tinggi. (TL : Engle's coefficient iu sistem ekonomi, coba ente cari di wikipedia aja)


Saat siang, aku menjalankan sebuah tugas.

Dengan begitu, aku harus belajar tentang level harga.

Bibi memberikanku 100 Rook dan menyuruhku pergi pada tugas pertamaku. (TL : eh... jadi bersihin rumah tadi kagak dihitung ya ?)

1 Rook = 1 copper coin.

100 Rook = 1 silver coin.

10.000 = 1 gold coin.

Itu adalah nilai mata uang di dunia ini bekerja.

Aku menerima 1 silver coin dan menaruhnya di saku yang menggantung di ikat pinggangku.

Bila semuanya di perhitungkan, kota ini termasuk kota yang tenang.

Yah, rumah keluargaku juga berada di daerah pinggiran, jadi tidak ada banyak perbedaan.


"Ahhhh di sana  ada seseorang dengan Rambut Perak yang aneh ! Rambut Perak, Rambut Perak !"


Di jalan, seorang anak aneh yang bodoh mengajakku berkelahi.

Ini menyebalkan, tetapi aku tidak ingin menyebabkan Shion-san masalah, jadi jang terburu-buru.


"Ahh, kamu."

"Namaku Kal!"


... Benarkah ?

Terus ?

Mengapa kamu memperkanalkan diri dengan penuh kemenangan ?

Kamu hanyalah bocah bodoh dengan rambut agak kemerahan dan keriting. (TL : Sabar Alice-chan. Biasalah bocah emang kayak gitu.)


"... ehhhm, Kal-kun ?"

"Kamu, kamu sekarang kelas berapa ?" (TL : geh... kagak sopan oi !)


Haruskah aku bunuh bocah ini ?

Aku bertanya-tanya, dapatkah aku mendapatkan proficiency dari melepaskan sihir terhadap manusia ?

Aku tiba-tiba bernafsu untuk melakukan beberapa eksperimen yang tidak manusiawi. (TL : please stop Alice-chan, you will get arrested !)


"Namaku... Alice..."


Akan tetapi !

Aku sedang merenung saat ini !

Aku tidak akan menyebabkan masalah !


"Alice~ ? Alice Si Rambut Perak~! Sangat aneh !"


Dia berlari memutariku seperti menemukan sesuatu yang lucu.

Pada saat aku akan membuat bocah ini merasakan neraka, seseorang memukul kepala dia dengan tangannya.


"Agh, OWWW !"

"Kamu memalukan, jadi berhentilah ! Aku benar-benar minta maaf !"


Seorang gadis dengan rambut agak kemerahan dan keriting sama dengan si bocah bodoh.

Kulitnya berwarnya coklat muda yang sehat dan bintik-bintik yang sangat cocok dengannya.

Kakak perempuannya, mungkin, meminta maaf dengan sungguh-sungguh untuk si bocah bodoh dan menyeretnya pergi.


"Haa.."


Itu adalah salah satu yang terjadi.

Dan seperti itu, aku pergi sepanjang jalan utama dan mengunjungi berbagai toko. Meskipun saat ini siang hari, tidak banyak orang di sekitar sini.

Sebuah toko buah, sebuah toko sayuran, seorang tukang daging, di sana bahkan ada seorang penjual ikan.

Karena mereka memiliki ikan, apakah itu berarti terdapat sebuah laut di dekat sini ?

Aku tidak dapat berpikir mereka akan membekukan ikan dan membawanya dari tempat yang jauh.

Untuk saat ini, aku saat ini berkeliling berbagai toko tanpa membeli apapun.

Satu rinnal seharga 3 Rook.

Sayuran yang terlihat seperti apapun kecuali lobak yang besar seharga 1 Rook.

Sebuah fillet daging yang tidak dapt dikenali seharga 5 Rook.

4 Rook untuk ikan yang terlihat seperti Mackerel.

Yah, bahkan jika aku membeli bahan makanan untuk seluruh keluarga dan kembali, masih akan ada kembalian yang tersisa.

Mereka menyerahkan apa yang akan dibeli kepadaku juga, karena aku yang bertanggung jawab untuk makan malam hari ini, jadi aku pikir aku akan membuat kare. Karena aku bisa membuatannya.


"Hm ?"


Tepat saat aku akan mulai membeli, sebuah kereta yang besar masuk ke jalan utama.

Itu mungkin terlihat tidak biasa bagi penduduk juga, sehingga menarik banyak tatapan mata.

Tentu saja, aku ada di dalam keramain juga.

Kereta itu memiliki desain yang sangat bagus dan sangat menyenangkan untuk dilihat bagi pemula sepertiku.

... Adalah apa yang aku pikirkan pada awalnya, tetapi ada sesuatu yang tidak menyenangkan tentang kereta itu.

Melihat lebih dekat pada saat kereta tersebut datang mendekat, bagian pengangkut dibangun seperti sangkar.

Itu tetaplah sebuah fakta meskipun kereta tersebut sangat mengesankan.

Sebuah sangkar yang menyatu dengan desain tersebut.

Itu adalah kesanku.

Dan kusirnya yang mengatur kuda serta pria yang duduk di sampingnya juga sangat mencurigakan.

Kusir tersebut memiliki mimik wajah tanpa ekspresi yang begitu dingin dan cukup tidak bersahabat, tetapi dengan rambut dan mata hitamnya, yah, dia tampan.

Dia masih memiliki tatapan tajam di matanya.

Umur... Mungkin sekitar usia Paman ?

Dia masih memiliki tatapan tajam di matanya.


"..."


Aku menatapnya terlalu intens, jadi tatapan mata kamipun bertemu.

Yah, aku tidak peduli.

Bila dijelaskan, pria dimasa kejayaannya di sampingnya terlihat seperti mafia.

Semua rambutnya disisir ke belakang dan salah satu matanya ditutup penutup mata seperti Kapten Hook.

Penampilannya menyiratkan bahwa tidak mungkin dia adalah seseorang yang disegani.

Ah, aku tidak bleh terlibat di sini.

Jika aku melakukannya, Shion-san akan memarahiku lagi.

Aku tidak tertarik ! Untuk melajutkan belanjaku, aku... hampir berbalik.

Aku berada di ambang batas, tetapi.

Aku akhirnya bisa melihat apa yang ada di bagian muatan dan membalikkan badan.

Karena aku adalah satu-satunya orang yang bergerak dengan ganjil diantara orang-orang yang melihat, orang di bagian muatan mengalihkan pandangannya kepadaku juga.

Dia seumuran denganku sekarang ?

Rambut pirang sebahu.

Mata hijau yang lelah, putus asa terhadap dunia.

Payudara yang tidak memiliki ukuran seperti Shion-san, tetapi tubuhnya bulah bila itu dihitung dan mengetat di area yang tepat, sesosok model yang berbeda denganku.

Seperti sebuah pameran, dia dibawa di dalam kandang.

Tidak, dia sengaja dipamerkan.


"Seorang budak ?"


Mungkin dia mendengar kata-kata yang aku gumamkan, atau mungkin dia menebaknya, tetapi dia dengan sedih menundukkan pendangan matanya.

Kereta berjalan terus melewati jalan utama.

Akhirnya para penonton mengubah percakapan dengan ramainya kembali ke kehidupan sehari-hari mereka.

Di antara mereka, aku tetap melihat kereta tersebut sampai akhir.

Sebelum kereta tersebut menghilang, aku berpikir bahwa "Dia" berbalik dan bertemu dengan pandangan mataku sekali lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar